KEKASIH TAK DI ANGGAP
Aku
sang mentari tapi tak pernah mampu menghangat kan mu....
Aku
sang pelangi namun aku tak pernah mampu memberi warna di hidupmu...
Aku
sang bulan tapi aku tak pernah menerangi malam mu...
Aku
lah sang bintang yang hanya ditelan oleh kegelapan malam...
Dan
aku.... Adalah kekasih yang tak pernah kau anggap.
***
Awalnya
semua baik-baik saja, semua berjalan dengan indah, tidak ada yang mampu
memisahkan aku dan dirinya, bahkan kami pernah berjanji akan sehidup semati,
tidak akan pernah meninggalkan satu sama lain. Di pantai menjelang sunset tiba
kami duduk diatas pasir sambil memandangi lautan yang sangat indah. kami duduk
sambil berpegangan tangan dan tersenyum seakan bahagia sedang menyelimuti kami
berdua, bahkan senyumnya menandakan bahwa ia sangat tulus mencintaiku.
“Aku
berharap kamu tidak akan pernah bosan mencintaiku” kataku sambil memandanginya.
“Bagaimana
aku bisa bosan. Bahkan aku selalu kangen dengan senyummu itu”. Katanya sambil
memegang erat tangan ku.
Kemudian
kami berdua tersenyum, aku sangat merasa bahagia dengan apa yang di ucapkannya
pada ku. Aku berharap apa yang di ucapkannya saat ini tidak akan pernah ia
lupakan suatu saat nanti.
Namaku
Andini Safitri Brawijaya aku sekarang tengah duduk di kelas dua SMA, aku
mempunyai tinggi 155 cm, kulitku bisa dibilang cukup putih, rambutku sepanjang
bahuku dan aku dibilang sebagai cewek paling ramah di sekolah ini aku nyaris
dibilang sebagai cewek sempurna, ya setidaknya itu yang dibilang oleh teman-temanku
di sekolah.
Aku
berasal dari keluarga yang cukup berada, ayahku bekerja di salah satu
perusahaan swasta yang cukup terkenal di kota ku. Aku bangga mempunyai ayah
seperti dia, ia sangat bertanggung jawab dengan keluarganya, ia adalah pahlawan
di keluarga kami, ia banting tulang bekerja demi menghidupi anak dan istrinya, dan
itu adalah ayahku, namanya Brawijaya. Ya namanya mirip dengan nama belakangku
itu karena ayah sendiri yang memberikannya padaku, aku juga tidak tahu kenapa
ia memberikan nama belakangnya padaku.
Sedangkan
ibuku adalah seorang dokter spesialis kandungan, ibuku adalah ibu yang terbaik
dari seluruh ibu-ibu yang ada di dunia. Walaupun ia sibuk dengan pekerjaan nya
namun ia tidak pernah melupakan kodratnya sebagai seorang istri dari ayahku.
Aku tak pernah merasa kekurangan kasih sayang dengan ibuku ini.
Dan
yang terakhir adalah pacarku, namanya adalah Daniel Saputra ia cowok terkeren
yang pernah kutemui, ia adalah salah satu dari tim basket sekolah kami, ia
berkulit putih dengan tinggi 165 cm, dan yang pasti ia adalah cowok idola
sekolah. Aku tak tahu kenapa ia bisa menyukaiku. Waktu itu di bawah pohon sekolah yang sangat rindang aku sedang duduk
melihat daniel yang sedang asyik latihan basket bersama teman-temannya, aku
selalu duduk di sana pada saat Daniel lagi latihan, karena aku sangat
menyukainya, dan aku selalu memperhatikannya.
Pernah
bola basket mengenai ku pada saat aku sedang asyik memperhatikannya hingga
membuat hidungku berdarah dan nyaris membuat aku pingsan, dan orang itu tidak
lain dan tidak bukan adalah Daniel sendiri yang tidak sengaja yang
melakukannya. Dan siapa sangka itu adalah awal perkenalan kami, semakin lama
aku dan Daniel semakin akrab, bahkan hampir setiap hari kami menghabiskan waktu
bersama, dan kami merasa ada yang aneh dalam diri kami, aku selalu merasa
nyaman dengan Daniel, begitu juga dengan Daniel ia merasakan hal yang sama
denganku. Dan kami baru menyadari bahwa itu merupakan sebuah rasa yang dapat
dimilki oleh semua insan di bumi, rasa yang hampir semua orang pernah
merasakannya, rasa yang akan selalu membuat seseorang menjadi lebih bahagia. Ya
rasa itu adalah rasa cinta.
Hingga
suatu hari Daniel menyatakan cintanya kepada ku, dan akupun menerimanya tanpa
ada pertimbangan terlebih dahulu. Pada saat itu aku merasa sangat bahagia
sekali, bahagia karena aku telah memiliki seseorang yang aku dambakan. Satu
tahun lamanya kami menjalani hubungan ini tanpa ada sedikitpun pertengkaran
antara aku dan dirinya, kami selalu berusaha untuk membahagiakan satu sama
lain, karena itu adalah janji yang pernah aku dan dirinya ucapkan sewaktu di
pantai, dan lautan yang menjadi saksinya.
Namun
kebahagiaan itu hanya sebentar. Sekarang ia berubah, bahkan sangat berubah. Ia
tak seperti dulu lagi, kami bahkan jarang bertemu. Pernah aku mencoba
menghubunginya untuk ke pantai yang sering kami kunjungi, namun hasilnya, dia
menolak ajakan ku mentah-mentah, pada saat itu aku mulai merasa bahwa ia sudah
tak menyukai ku lagi seperti dulu, aku takut kehilangan dia, aku ingin selalu bersamanya
karena aku merasa nyaman dengannya. Aku selalu berharap perasaan ku ini tidak
benar dan aku berharap ia tidak akan pernah meninggalkan ku.
Kali
ini aku duduk di pantai yang sering kami kunjungi bersama, aku sudah mengajak
pacarku Daniel namun ia menolaknya, aku tidak tahu kenapa akhir-akhir ini ia
menghindariku dan kami mulai merasa jauh. Aku menatap nanar ke depan, walau
laut yang dipadu dengan sunset ini terlihat indah, namun keindahannya ini
terasa hilang, karena tidak ada sosok Daniel yang membuatnya terlihat indah.
Kemana Daniel yang dulu yang selalu ada disampingku? kemana Daniel yang selalu
ada di saat aku membutuhkannya? Kemana dia? Jujur untuk sekarang ini aku sangat
merindukannya. Sudah satu minggu aku tak melihatnya bahkan di sekolahpun aku
jarang bertemu dengannya.
Ku
edarkan pandanganku ke sekeliling pantai lalu aku menemukan dua orang pasangan,
pria dan wanita. Mereka sedang asyik tertawa bergandengan tangan, bahkan mereka
terlihat sangat gembira, dan rasanya aku mengenal pria itu. Ya sosok yang
membuat aku merindunya selama satu minggu ini, itu adalah Daniel. Dia sedang
asyik tertawa bersama sorang cewek yang ada di sampingnya dan aku sama sekali
tidak mengenal orang yang telah membuatnya bisa tersenyum seperti yang terjadi
sekarang ini. Aku tak tahu kenapa ia menolak ajakan ku untuk kepantai,
sedangkan ia sedang berada di pantai bersama orang lain.
Awalnya
aku mengira bahwa itu adalah temannya namun aku merasa ada yang aneh diantara
mereka berdua, mereka layaknya seperti sepasang kekasih yang sedang dimabuk
cinta, mulai dari rangkulan, candaan, bergandengan tangan, dan yang membuat aku
kaget setengah mati mereka berciuman. Pada saat itu hatiku terasa sangat perih
sekali, mataku mulai terasa memanas, hingga aku merasa bahwa mataku sudah
mengeluarkan air mata. Aku tak tahu air mata yang ku keluarkan ini adalah air
mata kekecewaan atau air mata kesedihan.
Aku
tidak menyangka bahwa Daniel yang aku percaya selama ini ternyata ia tega
menghianatiku. Inikah Daniel yang sesungguhnya? Kemana janji yang pernah ia
ucapkan bersamaku, bahwa ia tidak akan pernah bosan untuk mencintaiku, bahwa ia
tidak akan pernah bosan untuk melihat senyumku. Apakah kata-kata itu hanyalah
sebuah omong kosong? aku tak tahu kenapa ia tega membohongiku, aku tak tahu kenapa
ia tega mengingkari janjinya selama ini. aku tersenyum untuk beberapa saat,
berusaha untuk kuat namun itu hanyalah sia-sia air mataku akhirnya jatuh juga.
Aku tidak sanggup akan kehilangan sosok yang amat sangat aku cintai, aku
benar-benar tidak sanggup.
Aku
masih mematung melihat apa yang telah mereka lakukan jauh didepanku. Mereka
sama sekali tidak mengetahui keberadaanku. Aku terus mengamati mereka hingga
mereka pergi meninggalkan pantai. Aku masih syock dengan apa yang kulihat, aku
tidak percaya semua ini, aku berharap bahwa sekarang ini adalah mimpi dan aku
berharap seseorang akan membangunkan ku
dari mimpi ini. Namun semua ini nyata, semua ini memang benar adanya,
dan semua ini bukan mimpi. Tuhan aku belum sanggup untuk kehilangan Daniel,
orang yang sangat aku cintai selama ini. Tuhan berikan aku kekuatan untuk
mempertahankan cinta yang telah aku bina selama ini.
***
Aku
sekarang tengah berada di dalam kamarku berdiri di samping jendela, sambil
memandangi bintang di langit, mereka begitu terlihat indah bahkan sangat indah,
aku ingin seperti bintang itu yang tak kan pernah ditelan kegelapan malam,
namun mengingat kejadian tadi sore, apakah aku mampu menjadi bintang itu, aku
rasa tidak. Aku memang lah bintang namun bintang yang ditelan kegelapan malam.
Namun kembali lagi aku menangis, aku menangis sambil memandangi bintang yang
ada diatas sana, aku tidak sanggup
mengingat kejadian tadi sore. Aku melihat bintang yang sendirian, yang jauh
dari bintang-bintang yang lainnya, ia terlihat indah namun ia sendiri, tak ada
yang menemani. Aku rasa aku memang seperti bintang itu tak ada seorang pun yang
menemani, tak ada daniel dan rasanya sangat sepi.
“apa
itu aku” gumam ku sambil memandangi bintang yang sendiri.
“Daniel”
kutuliskan namanya dengan jemariku tepat pada cermin yang ada di hadapan ku
sekarang, supaya orang tahu bahwa sekarang ini aku tengah merinduinya, aku
ingin bertemu dengannya walaupun hanya lima menit. Aku sangat merindunya. Malam
ini aku menghabiskan waktuku hanya untuk menangis, katakanlah bodoh memang aku
sangat bodoh untuk sekarang ini, katakanlah cengeng memang aku sangat cengeng
untuk sekarang ini. Aku bodoh dan aku cengeng karenanya, hanya dia yang mampu
membuat aku sebodoh ini, hanya dia yang mampu membuatku cengeng seperti ini,
hanya dia.
Aku
rebahkan diriku ke atas tempat tidurku berharap aku akan cepat lelah dan segera
tertidur, berharap aku bangun dengan keadaan yang lebih segar dan berharap
kesedihan ini akan segera hilang. Ternyata mataku sudah begitu sangat lelah,
sangat lelah mengeluarkan air mata yang begitu banyak sehingga aku bisa
terlelap untuk sekarang ini.
“Tuhan.... Biarkan lah
aku menangis untuk malam ini, setelah itu aku akan mencoba untuk kuat dan
takkan menangis lagi.”
***
Aku
sudah menghubungi Daniel tadi pagi, dan ia bersedia untuk bertemu dengan ku.
Aku sangat sulit untuk menghubunginya namun dengan perjuangan ku yang sangat
gigih akhirnya aku bisa mengajaknya untuk bertemu hari ini. Aku mengajaknya
untuk bertemu di pantai yang sudah lama tidak kami kunjungi bersama. Aku duduk
diatas pasir sambil menunggu Daniel, berharap ia akan benar-benar datang hari
ini. lima belas menit menunggu akhirnya ia datang, akhirnya aku bisa melihat
wajah yang selama ini aku rindu, ia masih terlihat keren, wajahnya masih sama
seperti dulu waktu pertama bertemu, namun tidak untuk senyumnya, senyumnya kini
sudah hilang untukku. Aku tidak akan pernah bisa melihat senyum yang biasa ia
perlihatkan pada ku karena sekarang senyum itu untuk sosok kekasihnya yang
baru.
“katakan
apa maumu sekarang” kata daniel yang sudah sampai di depanku. Bahkan ia tidak
melihatku saat berbicara.
Untuk
sejenak aku terdiam dan berusaha untuk tersenyum, kemudian ku tepuk pasir yang
ada disampingku mengisyaratkan bahwa ia harus duduk disampingku. Ia menuruti
apa yang aku isyaratkan.
“udah
lama ya kita tidak seperti ini?” kataku sambil melihatnya.
“kita
putus” katanya. Ia bahkan tidak melihatku saat mengucapkan kalimat itu.
“Setidaknya
kau melihatku saat mengucapkan kalimat itu. Aku tidak akan marah, aku tidak
tahu apa alasanmu mau meninggalkan ku, dan aku tidak ingin tahu alasannya. Tapi
ingatkah kamu dengan janji yang pernah kau ucapkan padaku, bahwa kau tidak akan
pernah bosan untuk mencintaiku” kataku yang berusaha untuk kuat. Berharap
sekarang ini aku tidak terlihat seperti orang yang cengeng.
“Aku
sudah tidak mencintaimu lagi. Bahkan aku sudah bosan denganmu dan aku rasa juga
aku sudah melanggar janjiku, dan aku mohon padamu lepaskan aku”
Aku
terdiam untuk beberapa saat, kemudian aku coba untuk menarik nafas sedalam-dalamnya
berharap aku sanggup untuk menerima kenyataan ini.
“Baiklah.
Aku akan melepasmu, tapi izinkanlah aku untuk bersamamu tiga hari kedepan,
walaupun tiga hari itu kamu tidak pernah menganggap aku sebagai kekasihmu lagi.
Setelah itu kamu boleh meninggalkan ku untuk selamanya, bahkan aku tidak akan
menemui mu setelah itu.”
Daniel
tidak menjawab pertanyaanku, terlihat kebimbangan di wajahnya. Namun aku terus
mengusahakan supaya aku bisa bersamanya selama tiga hari kedepan.
“Kamu
boleh tidak menuruti permintaanku yang bodoh ini. aku tahu kamu sekarang sudah
punya pacar. Tapi aku janji aku tidak akan pernah mengganggu kalian berdua
selama tiga hari itu. Yang aku inginkan adalah aku bisa melihat kebahagiaanmu
bersama orang lain.”
Daniel
tampak kaget dengan apa yang aku utarakan sebelumnya, mungkin dia berfikir,
darimana aku bisa tahu bahwa di sudah punya kekasih.
“Namanya
alexa, ia orang yang membuat aku jatuh cinta padanya. Dan ia adalah orang yang
membuat aku dengan mudahnya untuk melupakanmu”
Daniel
mengucapkan itu tanpa ada rasa bersalah sedikitpun, tanpa ada keraguan sedikitpun.
“Semudah
itukah?” Ia tidak menjawab pertanyaanku itu.
“Baiklah
aku akan mengabulkan permintaanmu itu, tiga hari. Aku tidak yakin apakah kamu
akan sanggup dengan tiga hari itu.”
Kemudian
ia beranjak pergi dari hadapanku, aku hanya bisa memandangi nya pergi sampai ia
benar-benar menghilang dari hadapanku. sekarang hatiku benar-benar hancur aku
resmi putus dengan orang yang sangat aku cintai, aku harus bisa memanfaatkan
waktu tiga hari itu untuk melihatnya bahagia. Aku akan memanfaatkan waktu tiga
hari itu untuk melihat senyumnya, melihat tawanya setelah itu aku bisa pergi
dengan tenang dan tidak akan
mengganggunya lagi, bahkan aku tidak akan menemuinya.
Aku
pandangi sang mentari yang terlihat begitu cerah di pantai yang indah ini, aku
lihat ia mampu menerangi seluruh isi dunia ini, ia mampu menghangatkan seluruh
semua insan di bumi ini. aku ingin seperti sang mentari yang mampu
menghangatkan, tapi apakah aku mampu. Aku rasa tidak. Aku memang sang mentari
tapi aku tak pernah mampu menghangatkannya. Aku tak pernah mampu menghangatkan
sosok Daniel. Bahkan ia sekarang bersikap dingin terhadapku. Aku tidak mampu
mencairkan sikap dinginnya itu. Dan aku tidak akan pernah mampu.
”Tuhan.... izinkanlah aku untuk melihat senyumnya...
walaupun itu hanya sebentar.”
***
“Katakan kepadaku haruskah jalan ini ku lalui.
Tak bisakah waktu kuputar kembali saat kita masih bersama.”
Hari
ini aku akan jalan bersama Daniel, lebih tepatnya kami akan jalan bertiga
bersama kekasihnya yang baru. Ya, Daniel akan menepati janjinya ia akan
mengizinkan ku untuk bersamanya selama tiga hari kedepan. Dan hari ini adalah
hari pertama aku bersamanya, ku berharap hari ini aku bisa tersenyum melihat
dia, aku berharap hari ini juga aku bisa membawa kenangan yang manis
bersamanya. Dan aku selalu berharap akan hal itu.
Mereka
telah menungguku di sebuah restoran yang terkenal dikota ku. Restoran ini di
lengkapi dengan dekorasi-dekorasi yang sangat menarik dan di dominasi dengan
cat warna putih. Di setiap meja di suguhi dengan bunga palsu di tengahnya
semakin membuat pemandangan disini terlihat lebih indah. Ku edarkan pandanganku
ke segala penjuru restoran, dan aku bisa menemukan Daniel yang sedang asyik
bersuapan dengan pacarnya Alexa. Aku tidak tahu apakah aku sanggup bertahan
lama didepan mereka, apakah aku sanggup melihat kemesraan mereka berdua, mereka
bahkan tidak peduli dengan tatapan aneh orang-orang sekitar.
Aku
berjalan menuju meja tempat mereka berada. Disana aku mulai berkenalan dengan
pacarnya Daniel yaitu Alexa. Pacarnya Daniel bahkan sangat dewasa, dia jauh
lebih sempurna daripadaku. Daniel bahkan terlihat sangat gembira pada saat itu,
dan aku hanya bisa tersenyum melihat kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya.
Dan pada saat itu juga aku berdo’a pada tuhan supaya ia selalu bahagia, supaya
tuhan tidak mengambil kebahagiaan nya itu. setelah perkenalan aku dan Alexa,
aku bahkan tak diacuhkan lagi.
Mereka
sedang asyik suap-suapan, bercanda bersama, dan tak menghiraukan keberadaanku.
Aku bahkan hanya bisa melihat kemesraan mereka berdua. Dan pada saat itu juga
mataku mulai berair, aku rapuh sekarang. Aku ingin marah, tapi aku tak tahu
kepada siapa aku harus melampiaskan kemarahanku. aku beranjak pergi menuju toilet,
disana aku menangis sejadi-jadinya, aku tidak sanggup lagi menahannya.
Entah
berapa lama aku sudah berada di dalam toilet, aku sudah sangat lelah dengan
hari ini, aku bahkan ingin mengutuk diriku sendiri, kenapa aku tak mampu
membenci Daniel bahkan ia sudah menyakitiku. Aku bahkan sangat bodoh, aku rela
melihat kemesraanya bersama orang lain demi mengobati rasa rinduku bersamanya.
Daniel apakah dengan cara seperti ini aku harus mengobati rasa rinduku
terhadapmu. Apakah dengan melihatmu bersama orang lain adalah cara terbaik
untuk mengobati rasa rinduku padamu. Daniel, bahkan aku selalu berharap rasa
cintaku terhadapmu segera hilang, supaya aku tidak tersakiti lagi olehmu, tapi
kenapa itu sangat sulit bagiku. Kamu bahkan tak menggapku ada.
Aku
pulang dengan perasaan yang sangat sedih aku bahkan tidak menghiraukan air mata
yang telah menetes dipipiku, aku tidak meminta izin pada Daniel, karena
menurutku itu percuma dia tidak akan pernah mau mengacuhkanku. Aku berjalan
sendirian menerjang hujan, aku tak peduli dengan keadaan sekitar. Bahkan dingin
yang merasuk kedalam tubuhku tidak terasa sama sekali. Aku tidak peduli kalau
nanti aku akan sakit, aku tidak peduli kalau nanti aku akan demam. Karena
penyakit itu tidak sebanding dengan sakit yang kurasa sekarang ini. Aku tidak
peduli hal itu.
“Tuhan....... aku ingin
berada di pangkuanmu sekarang, karena aku terlalu lelah dengan hari ini.”
***
“Tuhan... kembalikanlah
dia padaku karena aku tak sanggup berada jauh darinya”
Hari
kedua bersama Daniel, kali ini kami akan pergi kepantai, yang sering kami
kunjungi bersama pada saat aku masih bersamanya. Pantai ini tak pernah
kehilangan keindahannya, ia selalu terlihat indah, selalu terlihat mempesona.
Tapi pantai ini tidak mampu membuat hatiku yang hancur menjadi lebih baik,
pantai ini tidak mampu mengobati rasa sakit yang kurasa. Alam seakan
menertawaiku pada saat ini, alam bahkan tidak mengerti dengan apa yang
kurasakan pada saat sekarang ini, alam bahkan hanya bisa tersenyum melihat
kesedihanku. Sungguh sangat menyedihkan sekali.
Aku
sedang mengekor di belakang Daniel dan Alexa. Katakanlah aku seperti seorang
pelayan yang sedang mengikuti majikannya, seperti itulah aku sekarang. Daniel
sedang merangkul Alexa, aku hanya bisa melihatnya merangkul Alexa dari
belakang. Bahkan Daniel secara sengaja mencium Alexa di depan mataku, dia tidak
peduli dengan perasaanku, aku tak pernah di anggap ada dimata Daniel. Aku
berusaha kuat dengan semua ini, aku bahkan sekarang tidak menangis lagi, pemandangan seperti itu sudah biasa aku
lihat. Aku hanya memalingkan wajahku pada saat mereka berciuman, aku selalu
memalingkan wajahku pada saat mereka berpelukan. Aku hanya bisa tegar dengan semua ini, aku hanya
bisa pasrah dengan semua ini. bahkan aku ingin berterima kasih pada tuhan
karena sekarang ini aku masih diizinkan untuk melihat senyuman Daniel.
Sekarang
kami tengah duduk diatas pasir sambil menunggu sunset tiba, Daniel sedang
merangkul Alexa. Alexa sedang bersandar di dada Daniel, romantis sekali.
Aku duduk disamping mereka berdua. Aku
hanya bisa melihat apa yang dilakukan Daniel terhadap Alexa, persis sama
seperti yang dilakukan Daniel terhadapku dulu pada saat kami masih bersama. Aku
dapat melihat senyum yang terpancar dari bibir Daniel, sebahagia itukah dia
sekarang bersama Alexa, bahkan daniel tidak melihat kearahku sedikitpun. Aku
tidak marah Daniel memeluk ataupun mencium Alexa, tapi dapatkah ia melihatku
sedikit, walaupun hanya beberapa detik saja. Dapatkah ia tersenyum untukku
walau hanya dalam beberapa detik saja. Tidakkah ada rasa cinta yang tersisa
untukku sekarang, apakah cinta itu seluruhnya sudah diberikannya untuk Alexa.
Sekarang
hari sudah mulai terasa gelap, matahari sudah membenamkan wajahnya dibalik
awan. Dan tiba-tiba alam seolah menangis. Awan sudah mulai menitikkan air dan
membasahi bumi ini. bahkan ia sudah mulai membasahi semua tubuhku begitu juga
Daniel dan Alexa kami semua basah. Kami berlari
dan memilih untuk berteduh di sebuah rumah yang terdapat di pinggir
pantai, pada saat itu tubuhku terasa sangat dingin sekali, aku bahkan sempat
mengginggil karena angin pantai yang bertiup sangat kencang ditambah lagi hujan
yang turun begitu sangat deras.
Aku
silangkan tanganku pada kedua lengan berharap rasa dingin ini bisa hilang,
namun usaha itu hanyalah sia-sia. Aku berharap Daniel meminjamkan jaketnya
padaku, karena aku tidak sanggup lagi menahan dinginnya malam ini. Tapi Daniel
malah memberikan jaket itu pada Alexa, aku kecewa dengan daniel bahkan tidak
ada rasa perhatiannya sedikitpun terhadapku. Daniel, apakah rasa cintamu terhadapku benar-benar
sudah hilang, pada saat ini aku sudah benar-benar hancur. Tak ada lagi yang
bisa ku harapkan pada Daniel. Ku rasa aku benar-benar harus bisa melepas Daniel,
bahkan kalau bisa aku harus melupakannya. Aku memandang langit diatas sana
sangat gelap. Tak terasa pipiku mulai terasa basah, ma’afkan aku untuk kali ini
Tuhan, aku menangis lagi.
“Tuhan....... hari ini engkau memberikan
pelajaran yang berharga terhadapku, pelajaran yang tak pernah aku dapatkan di
bangku sekolah. Yaitu belajar untuk ikhlas dan belajar untuk kuat. Terima kasih
tuhan.”
***
“Jelaskan kepadaku
mengapa takdir ini yang terjadi. Saat ku mengerti artinya mencinta”
Hari
ini adalah hari terakhir dimana aku akan bersama Daniel, hari terakhir dimana
aku akan melihat senyumnya. Aku akan berterima kasih kepadanya karena ia banyak
memberikan ku pelajaran tentang artinya mencinta, aku akan berterima kasih
padanya karena ia memberikanku tentang arti ketegaran yang sesungguhnya. Aku
akan berterimakasih padanya karena ia megajarkanku tentang arti kesetiaan
sesungguhnya.
Aku
sedang menunggunya di belakang sekolah di bawah pohon yang sangat rindang, aku
duduk di sebuah kursi panjang yang terdapat disamping pohon tersebut. Lima
menit aku menunggu akhirnya sosok itu datang, aku sengaja meminta ia datang
sendiri karena hari ini adalah hari terakhir aku akan bersamanya, aku
menyambutnya dengan senyum, namun ia tak membalas senyumku. Sekarang ia tengah
duduk disampingku. Aku menatapnya lama, aku bersyukur karena aku masih diberi
kesempatan untuk melihat wajahnya. Wajahnya masih sama seperti dulu, namun
tidak untuk hatinya, hatinya tidak sama seperti dulu. Hatinya sudah menjadi
milik orang lain.
“Terimakasih
untuk hari terakhir ini” kataku memulai pembicaraan, namun ia hanya terdiam. Ia
tidak melihat kearahku, ia hanya menatap nanar kedepan. Namun aku terus
melihatnya saat berbicara.
“Terima
kasih untuk senyuman yang kau berikan padaku selama ini, aku tak tahu bagaimana
cara membalasnya. Terima kasih juga untuk kebahagiaan yang kau berikan padaku,
aku bahkan tak pernah sebahagia ini saat bersamamu, terima kasih untuk tiga
hari yang singkat ini, waktu tiga hari ini sangat berharga bagiku, namun sekali
lagi aku tak tahu bagaimana cara
membalasnya. Terima kasih juga atas luka yang kau berikan pada ku,
dengan luka yang kau berikan ini aku belajar tentang ketegaran, aku belajar
untuk kuat, aku belajar arti kesetiaan yang sesungguhnya.” Tidak terasa mataku
mengeluarkan air mata setelah mengucapkan kalimat-kalimat itu.
Daniel, aku dimatamu seperti pelangi, namun
aku tak memberi warna dihidupmu. Aku sang mentari tapi aku tak pernah mampu
menghangatkanmu, aku sang bulan tapi aku tak pernah mampu menerangi malammu,
daniel akulah sang bintang yang hanya ditelan kegelapan malam dan aku adalah
kekasih yang tak pernah kau anggap, semoga dengan aku melepasmu kamu bisa lebih
bahagia. Terima kasih Daniel. Aku selalu mencintaimu., aku berharap ini
merupakan tangisan terakhirku, aku berharap dengan aku melepas Daniel aku tidak
akan menangis lagi, tidak akan ada air mata lagi.
Aku
beranjak pergi meniggalkan Daniel yang masih mematung dengan kalimat-kalimat
yang ku ucapkan tadi, aku sudah bisa ikhlas sekarang, aku sudah bisa merelakan
ia untuk bersama orang lain.
Aku
bersandar pada dinding toilet dan menangis sejadi-jadinya aku menangis
mengingat semua kenangan yang pernah aku jalani bersamanya. Kini kenangan itu
akan ku simpan ke dalam memoriku dan takkan pernah kulupakan, kini daniel hanya
tinggal sebuah kenangan dimataku. Tuhan.. ini tangisan terakhirku setelah ini
aku tidak akan menangis lagi.
***
“Aku harap kamu bisa bahagia setelah lepas
dariku”
Aku
sedang asyik memandang pelangi dari kamarku, pelangi itu sangat indah ia mampu
memberi warna dan ia akan selalu terlihat indah dengan warnanya. Aku ingin
seperti pelangi itu yang mampu memberi warna dihidup orang lain khususunya pada
sosok Daniel. Namun aku hanyalah pelangi yang tak berwarna, aku tak mampu memberi
warna di kehidupan Daniel.
Sudah tiga hari aku putus dengan Daniel, dan ia
tak pernah sedikitpun menghubungiku, bahkan aku tidak pernah bisa lagi membaca
sms yang biasa ia kirimkan padaku, aku tidak akan pernah bisa mendengar suara
indahnya lewat telfon genggamku lagi. Aku bahkan hanya bisa melihat fotonya
lewat handphone bila aku kangen. Aku ingin selalu berterima kasih pada Tuhan
karena aku masih diberikan kesempatan untuk melihat senyum Daniel, dan aku
masih diberi kesempatan untuk bisa melihat fotonya lewat telfon genggamku.
Ku
keluarkan handphoneku dari saku celanaku, dan aku dapat melihat wallpaper yang
terpampang, dimana foto Daniel dan aku sedang berangkulan, dan terlihat
kebahagiaan Daniel disana. Aku selalu
berharap Daniel akan selalu bahagia saat bersama Alexa. Dan aku berharap
Alexa tidak akan pernah menghianatinya.
Aku
terus memandangi foto itu dan aku merasa sesuatu telah terjadi dimataku,
penglihatanku sudah tidak jelas lagi, ku kucek terus mataku berharap
penglihatanku bisa terlihat jelas seperti sebelumnya, namun itu hanya sia-sia
malah penglihatanku semakin kabur, begitupun dengan kepalaku, kepalaku terasa
sangat sakit sekali. Kepalaku bagaikan
ditusuk dengan jarum, sakit sekali, aku sampai tidak sanggup untuk menahannya.
Hidungku sudah mengeluarkan darah segar. Aku ingin berteriak minta tolong namun
mulutku tidak sanggup untuk mengucapkan sebuah kata sedikitpun. Mataku semakin
lama semakin terlihat gelap pendengaranku pun sudah mulai tidak jelas lagi.
Hingga aku terjatuh dan tidak sadarkan diri.
***
Daniel
sekarang terlihat sangat murung sekali, karena ia baru menyadari bahwa
kekasihnya Alexa tega menghianatinya. Ia tidak sengaja melihat Alexa sedang
berciuman di sebuah cafe dengan kekasih barunya. Ia berfikir bahwa itu
merupakan karma yang diberikan tuhan
untuknya. Kali ini ia ingin meminta ma’af pada Rini atas semua yang
dilakukannya. Ia ingin balikan dengan Rini, karena Rinilah satu-satunya orang
yang setia terhadap Daniel, karena Rinilah satu-satunya orang yang mampu
menyayanginya sampai akhir hayatnya.
Ia
sekarang menuju kerumah Rini. Karena ia sudah begitu kangen dengan mantan
kekasinya itu. kekasih yang selalu setia bersamanya selama satu tahun itu,
walaupun ia terus menyakiti hatinya namun ia masih tetap mencintai Daniel.
Cinta Rini memang begitu besar terhadap daniel, ia tak pernah membenci Daniel
sedikitpun. Cinta Rini memang sangat kuat terhadap Daniel, walaupun ia harus
menahan sakitnya saat melihat kekasihnya bersama orang lain namun ia masih
tetap mancintai sosok Daniel itu.
Ia
sudah sampai dirumah Rini, rumah Rini begitu besar bahkan rumah nya dikelilingi
dengan bunga-bunga yang sangat indah, rumanhnya di dominasi dengan cat warna
putih, dan coklat. Terlihat sangat mengagumkan. Diketuknya pintu rumah itu,
terlihat wanita yang umurnya kira-kira sudah empat puluh tahun menyembutnya
dengan senyum. Ia menyambut Daniel dengan sangat sopan, bahkan wanita itu sudah
mengenal sosok Daniel. Karena Rini sudah beberapa kali mengajak kerumahnya. Ia mempersilahkan
Daniel untuk duduk, wanita itu bahkan
sangat ramah sekali terhadap Daniel, ya wanita itu tidak lain dan tidak bukan
adalah ibunya Rini.
“Rini
nya mana tante?” tanya Daniel saat di persilahkan duduk oleh ibunya Rini, dan
ia tidak mendapati sosok Rini dari tadi.
Terlihat
raut wajah sedih pada wanita itu, ia sangat berat untuk mengatakannya pada Daniel.
Dan ia mulai menangis saat menceritakan hal itu.
“Rini
sudah meninggal satu bulan yang lalu” kata wanita tua itu.
Daniel
tampak kaget mendengar hal itu, ia seolah belum siap menerima kenyataan itu. ia
belum meminta ma’af pada Rini. Ia bahkan belum memberikan kebahagiaan sebelum
ia pergi. Daniel bahkan sempat mengeluarkan air mata pada saat mendengar
kenyataan itu.
“Dia
menderita penyakit kanker otak, bahkan sudah stadium tiga, ia sempat menitipkan
ini pada ibu untuk diberikan padamu saat dirumah sakit, katanya itu punya mu
dan sangat penting.”
Daniel
menerima sebuah buku berwarna hitam yang berebentuk diary. Daniel sempat heran
kenapa Rini mengatakan buku itu miliknya, bahkan ia tak pernah meminjamkan
bukunya pada Rini, namun apapun itu, dia merasa itu merupakan hal penting
untuknya.
Daniel
sekarang sedang berada didalam kamarnya dan membaca sebuah diary milik Rini.
Dibukanya lembar demi lembar buku itu. Di
halaman pertama terdapat foto dia dan Rini yang sedang berada di sebuah pantai
favorite nya. Daniel dan Rini sangat bahagia kala itu. Di bukanya halaman
berikutnya disana adalah curahan hati pertamanya untuk daniel.
21
januari 2012
Daniel
saat kau membaca tulisan ini, ku harap kamu sedang berbahagia bersama alexa.
Aku tidak mau melihat kamu bersedih saat bersamanya. Kalau kamu bersedih aku
tidak akan tenang. Daniel taukah kamu bahwa aku di diagnosa mengidap penyakit
kanker otak, pada saat itu kamu sedang bahagia-bahagianya bersama alexa, jadi
aku enggan menceritakan hal ini padamu. Padahal saat itu aku butuh tempat
curhat, aku butuh support darimu, namun aku malah mendengar kata putus darimu.
Menyedihkan bukan? Daniel aku memintamu
untuk bersamaku selama tiga hari, itu ku lakukan supaya aku bisa melihat
kebahagiaanmu. Dan setelah itu aku mungkin bisa pergi dengan tenang.
22
januari 2012
Daniel
saat kau membaca tulisan ini, ku harap kamu sedang dalam keadaan sehat, aku
tidak ingin kamu sakit. Daniel taukah kamu bahwa ini hari pertama kita jalan
bersama setelah permintaanku itu, namun aku merasa pada saat itu kau tak
mengacuhkan ku sama sekali. Daniel pada saat itu aku pertama kali merasakan
sakit karena cinta, lebih sakit dari penyakit yang kurasa saat ini. Daniel pada
saat itu aku pergi karena aku tidak sanggup melihat kemesraan kalian berdua.
Aku berharap kau mengejar ku pada saat itu, namun kau lebih memilih bersamanya
daripada mengejarku.
23
januari 2012
Daniel
pada saat kau membaca tulisan ini. ku harap kamu sedang tersenyum bersama
dengan orang tersayang. Daniel hari ini adalah hari kedua aku bersamamu. Pada
hari ini kita berjalan kepantai, tentunya bersama alexa juga. Daniel taukah
kamu pada hari itu aku merasa sangat sedih sekali. Pada hari itu hujan turun
dan aku kedinginan bahkan aku sempat mengginggil karena angin pantai ditambah
dengan hujan yang sangat deras. Aku berharap pada hari itu kau meminjamkan
jaketmu padaku tapi kau malah memberikannya pada alexa. Aku menahan rasa
sedihku kala itu, ingin aku marah tapi aku tak tahu harus marah sama siapa.
24
januari 2012
Daniel
pada saat kau membaca tulisan ini kuharap kamu sedang tertawa bersama
orang-orang yang tersayang. Daniel tahu kah kamu bahwa pada hari ini adalah
hari terakhir aku akan melihatmu, hari ini aku akan melepasmu untuk selamanya,
bahkan aku tak akan mengganggumu lagi. Hari ini aku banyak berterima kasih
padamu, terima kasih untuk kebahagiaan yang kau berikan selama ini. Terima
kasih atas goresan luka yang kau berikan padaku, itu cukup membuat aku tegar,
dan cukup untuk membuat aku kuat. Daniel pada hari ini aku ingin sekali
mendengar suaramu untuk terakhir kalinya tapi kamu malah diam dan lebih memilih
untuk mendengar aku yang berbicara. Dan akupun pergi karena kamu tak kunjung
berbicara.
15
februari 2012
Daniel
pada saat kau membaca tulisan ini aku harap kau sedang bersama orang yang kau
sayang. Daniel tahukah kamu bahwa pada hari ini aku masuk rumah sakit. Aku
tidak suka tempat ini, ingin rasanya aku pergi. Tapi tubuhku tidak cukup kuat.
16
februari 2012
Daniel
taukah kamu bahwa kepalaku sekarang botak karena rambutku mudah sekali rontok.
Aku kehilangan rambutku dan membuatku terlihat jelek dan aku tidak secantik
dulu. Daniel taukah kamu hari ini aku ulang tahun, aku selalu berharap kau akan
mengucapkan kata anniversary lewat sms. Tapi beberapa kali aku melihat
handphoneku dan tak kunjung jua aku mendapatkan sms darimu. Aku sedih.
17
februari 2012
Daniel
ini tulisan terakhirku, kurasa aku tidak sanggup lagi untuk menulis. Tubuhku
melemah, jemariku juga tidak sanggup lagi untuk memegang sebuah pena, otakku
tak mampu lagi untuk berfikir. Dan sekarang aku hanya bisa tertidur dan
menunggu ajal menjemputku. Terima kasih untuk semuanya. Semua yang kau berikan
padaku takkan pernah aku lupakan.
Akhirnya
daniel tahu maksud Rini ingin memberikan buku ini padanya. Supaya daniel tahu
bahwa Rini selalu mencintainya, bahwa Rini tidak pernah benci pada daniel.
Daniel tidak menyadari bahwa matanya sudah mengeluarkan air mata. Ya daniel
menangis, ia menyesal telah membuat Rini menderita selama ini, ia menyesal
karena telah mengingkari janjinya pada Rini, bahwa ia tidak akan pernah bosan
bersama Rini bahwa ia akan membuat Rini selalu bahagia. Daniel menangis
sejadi-jadinya berharap keajaiban itu ada, dan berharap Rini kembali bersamanya
dan ia akan berusaha untuk membahagiakan Rini, namun penyesalan selalu terjadi
di akhir. Rini tidak akan pernah kembali lagi, Kini Rini sudah tenang di alam
sana. Dan kini Rini hanyalah tinggal sebuah kenangan.
“Tuhan.... andai waktu bisa aku beli, maka
aku akan membelinya. Aku akan membelinya untuk bisa bersamanya, walaupun hanya
untuk lima menit.”
SELESAI....
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar