Selasa, 07 Juni 2016

cerpen kekasih tak di anggap



KEKASIH TAK DI ANGGAP
Aku sang mentari tapi tak pernah mampu menghangat kan mu....
Aku sang pelangi namun aku tak pernah mampu memberi warna di hidupmu...
Aku sang bulan tapi aku tak pernah menerangi malam mu...
Aku lah sang bintang yang hanya ditelan oleh kegelapan malam...
Dan aku.... Adalah kekasih yang tak pernah kau anggap.

***
Awalnya semua baik-baik saja, semua berjalan dengan indah, tidak ada yang mampu memisahkan aku dan dirinya, bahkan kami pernah berjanji akan sehidup semati, tidak akan pernah meninggalkan satu sama lain. Di pantai menjelang sunset tiba kami duduk diatas pasir sambil memandangi lautan yang sangat indah. kami duduk sambil berpegangan tangan dan tersenyum seakan bahagia sedang menyelimuti kami berdua, bahkan senyumnya menandakan bahwa ia sangat tulus mencintaiku.
“Aku berharap kamu tidak akan pernah bosan mencintaiku” kataku sambil memandanginya.
“Bagaimana aku bisa bosan. Bahkan aku selalu kangen dengan senyummu itu”. Katanya sambil memegang erat tangan ku.
Kemudian kami berdua tersenyum, aku sangat merasa bahagia dengan apa yang di ucapkannya pada ku. Aku berharap apa yang di ucapkannya saat ini tidak akan pernah ia lupakan suatu saat nanti.
Namaku Andini Safitri Brawijaya aku sekarang tengah duduk di kelas dua SMA, aku mempunyai tinggi 155 cm, kulitku bisa dibilang cukup putih, rambutku sepanjang bahuku dan aku dibilang sebagai cewek paling ramah di sekolah ini aku nyaris dibilang sebagai cewek sempurna, ya setidaknya itu yang dibilang oleh teman-temanku di sekolah.
Aku berasal dari keluarga yang cukup berada, ayahku bekerja di salah satu perusahaan swasta yang cukup terkenal di kota ku. Aku bangga mempunyai ayah seperti dia, ia sangat bertanggung jawab dengan keluarganya, ia adalah pahlawan di keluarga kami, ia banting tulang bekerja demi menghidupi anak dan istrinya, dan itu adalah ayahku, namanya Brawijaya. Ya namanya mirip dengan nama belakangku itu karena ayah sendiri yang memberikannya padaku, aku juga tidak tahu kenapa ia memberikan nama belakangnya padaku.
Sedangkan ibuku adalah seorang dokter spesialis kandungan, ibuku adalah ibu yang terbaik dari seluruh ibu-ibu yang ada di dunia. Walaupun ia sibuk dengan pekerjaan nya namun ia tidak pernah melupakan kodratnya sebagai seorang istri dari ayahku. Aku tak pernah merasa kekurangan kasih sayang dengan ibuku ini.
Dan yang terakhir adalah pacarku, namanya adalah Daniel Saputra ia cowok terkeren yang pernah kutemui, ia adalah salah satu dari tim basket sekolah kami, ia berkulit putih dengan tinggi 165 cm, dan yang pasti ia adalah cowok idola sekolah. Aku tak tahu kenapa ia bisa menyukaiku. Waktu itu di bawah pohon  sekolah yang sangat rindang aku sedang duduk melihat daniel yang sedang asyik latihan basket bersama teman-temannya, aku selalu duduk di sana pada saat Daniel lagi latihan, karena aku sangat menyukainya, dan aku selalu memperhatikannya.
Pernah bola basket mengenai ku pada saat aku sedang asyik memperhatikannya hingga membuat hidungku berdarah dan nyaris membuat aku pingsan, dan orang itu tidak lain dan tidak bukan adalah Daniel sendiri yang tidak sengaja yang melakukannya. Dan siapa sangka itu adalah awal perkenalan kami, semakin lama aku dan Daniel semakin akrab, bahkan hampir setiap hari kami menghabiskan waktu bersama, dan kami merasa ada yang aneh dalam diri kami, aku selalu merasa nyaman dengan Daniel, begitu juga dengan Daniel ia merasakan hal yang sama denganku. Dan kami baru menyadari bahwa itu merupakan sebuah rasa yang dapat dimilki oleh semua insan di bumi, rasa yang hampir semua orang pernah merasakannya, rasa yang akan selalu membuat seseorang menjadi lebih bahagia. Ya rasa itu adalah rasa cinta.
Hingga suatu hari Daniel menyatakan cintanya kepada ku, dan akupun menerimanya tanpa ada pertimbangan terlebih dahulu. Pada saat itu aku merasa sangat bahagia sekali, bahagia karena aku telah memiliki seseorang yang aku dambakan. Satu tahun lamanya kami menjalani hubungan ini tanpa ada sedikitpun pertengkaran antara aku dan dirinya, kami selalu berusaha untuk membahagiakan satu sama lain, karena itu adalah janji yang pernah aku dan dirinya ucapkan sewaktu di pantai, dan lautan yang menjadi saksinya.
Namun kebahagiaan itu hanya sebentar. Sekarang ia berubah, bahkan sangat berubah. Ia tak seperti dulu lagi, kami bahkan jarang bertemu. Pernah aku mencoba menghubunginya untuk ke pantai yang sering kami kunjungi, namun hasilnya, dia menolak ajakan ku mentah-mentah, pada saat itu aku mulai merasa bahwa ia sudah tak menyukai ku lagi seperti dulu, aku takut kehilangan dia, aku ingin selalu bersamanya karena aku merasa nyaman dengannya. Aku selalu berharap perasaan ku ini tidak benar dan aku berharap ia tidak akan pernah meninggalkan ku.
Kali ini aku duduk di pantai yang sering kami kunjungi bersama, aku sudah mengajak pacarku Daniel namun ia menolaknya, aku tidak tahu kenapa akhir-akhir ini ia menghindariku dan kami mulai merasa jauh. Aku menatap nanar ke depan, walau laut yang dipadu dengan sunset ini terlihat indah, namun keindahannya ini terasa hilang, karena tidak ada sosok Daniel yang membuatnya terlihat indah. Kemana Daniel yang dulu yang selalu ada disampingku? kemana Daniel yang selalu ada di saat aku membutuhkannya? Kemana dia? Jujur untuk sekarang ini aku sangat merindukannya. Sudah satu minggu aku tak melihatnya bahkan di sekolahpun aku jarang bertemu dengannya.
Ku edarkan pandanganku ke sekeliling pantai lalu aku menemukan dua orang pasangan, pria dan wanita. Mereka sedang asyik tertawa bergandengan tangan, bahkan mereka terlihat sangat gembira, dan rasanya aku mengenal pria itu. Ya sosok yang membuat aku merindunya selama satu minggu ini, itu adalah Daniel. Dia sedang asyik tertawa bersama sorang cewek yang ada di sampingnya dan aku sama sekali tidak mengenal orang yang telah membuatnya bisa tersenyum seperti yang terjadi sekarang ini. Aku tak tahu kenapa ia menolak ajakan ku untuk kepantai, sedangkan ia sedang berada di pantai bersama orang lain.
Awalnya aku mengira bahwa itu adalah temannya namun aku merasa ada yang aneh diantara mereka berdua, mereka layaknya seperti sepasang kekasih yang sedang dimabuk cinta, mulai dari rangkulan, candaan, bergandengan tangan, dan yang membuat aku kaget setengah mati mereka berciuman. Pada saat itu hatiku terasa sangat perih sekali, mataku mulai terasa memanas, hingga aku merasa bahwa mataku sudah mengeluarkan air mata. Aku tak tahu air mata yang ku keluarkan ini adalah air mata kekecewaan atau air mata kesedihan.
Aku tidak menyangka bahwa Daniel yang aku percaya selama ini ternyata ia tega menghianatiku. Inikah Daniel yang sesungguhnya? Kemana janji yang pernah ia ucapkan bersamaku, bahwa ia tidak akan pernah bosan untuk mencintaiku, bahwa ia tidak akan pernah bosan untuk melihat senyumku. Apakah kata-kata itu hanyalah sebuah omong kosong? aku tak tahu kenapa ia tega membohongiku, aku tak tahu kenapa ia tega mengingkari janjinya selama ini. aku tersenyum untuk beberapa saat, berusaha untuk kuat namun itu hanyalah sia-sia air mataku akhirnya jatuh juga. Aku tidak sanggup akan kehilangan sosok yang amat sangat aku cintai, aku benar-benar tidak sanggup.
Aku masih mematung melihat apa yang telah mereka lakukan jauh didepanku. Mereka sama sekali tidak mengetahui keberadaanku. Aku terus mengamati mereka hingga mereka pergi meninggalkan pantai. Aku masih syock dengan apa yang kulihat, aku tidak percaya semua ini, aku berharap bahwa sekarang ini adalah mimpi dan aku berharap seseorang akan membangunkan ku  dari mimpi ini. Namun semua ini nyata, semua ini memang benar adanya, dan semua ini bukan mimpi. Tuhan aku belum sanggup untuk kehilangan Daniel, orang yang sangat aku cintai selama ini. Tuhan berikan aku kekuatan untuk mempertahankan cinta yang telah aku bina selama ini.
***
Aku sekarang tengah berada di dalam kamarku berdiri di samping jendela, sambil memandangi bintang di langit, mereka begitu terlihat indah bahkan sangat indah, aku ingin seperti bintang itu yang tak kan pernah ditelan kegelapan malam, namun mengingat kejadian tadi sore, apakah aku mampu menjadi bintang itu, aku rasa tidak. Aku memang lah bintang namun bintang yang ditelan kegelapan malam. Namun kembali lagi aku menangis, aku menangis sambil memandangi bintang yang ada diatas sana,  aku tidak sanggup mengingat kejadian tadi sore. Aku melihat bintang yang sendirian, yang jauh dari bintang-bintang yang lainnya, ia terlihat indah namun ia sendiri, tak ada yang menemani. Aku rasa aku memang seperti bintang itu tak ada seorang pun yang menemani, tak ada daniel dan rasanya sangat sepi.
“apa itu aku” gumam ku sambil memandangi bintang yang sendiri.
“Daniel” kutuliskan namanya dengan jemariku tepat pada cermin yang ada di hadapan ku sekarang, supaya orang tahu bahwa sekarang ini aku tengah merinduinya, aku ingin bertemu dengannya walaupun hanya lima menit. Aku sangat merindunya. Malam ini aku menghabiskan waktuku hanya untuk menangis, katakanlah bodoh memang aku sangat bodoh untuk sekarang ini, katakanlah cengeng memang aku sangat cengeng untuk sekarang ini. Aku bodoh dan aku cengeng karenanya, hanya dia yang mampu membuat aku sebodoh ini, hanya dia yang mampu membuatku cengeng seperti ini, hanya dia.
Aku rebahkan diriku ke atas tempat tidurku berharap aku akan cepat lelah dan segera tertidur, berharap aku bangun dengan keadaan yang lebih segar dan berharap kesedihan ini akan segera hilang. Ternyata mataku sudah begitu sangat lelah, sangat lelah mengeluarkan air mata yang begitu banyak sehingga aku bisa terlelap untuk sekarang ini.
“Tuhan.... Biarkan lah aku menangis untuk malam ini, setelah itu aku akan mencoba untuk kuat dan takkan menangis lagi.”
***
Aku sudah menghubungi Daniel tadi pagi, dan ia bersedia untuk bertemu dengan ku. Aku sangat sulit untuk menghubunginya namun dengan perjuangan ku yang sangat gigih akhirnya aku bisa mengajaknya untuk bertemu hari ini. Aku mengajaknya untuk bertemu di pantai yang sudah lama tidak kami kunjungi bersama. Aku duduk diatas pasir sambil menunggu Daniel, berharap ia akan benar-benar datang hari ini. lima belas menit menunggu akhirnya ia datang, akhirnya aku bisa melihat wajah yang selama ini aku rindu, ia masih terlihat keren, wajahnya masih sama seperti dulu waktu pertama bertemu, namun tidak untuk senyumnya, senyumnya kini sudah hilang untukku. Aku tidak akan pernah bisa melihat senyum yang biasa ia perlihatkan pada ku karena sekarang senyum itu untuk sosok kekasihnya yang baru.
“katakan apa maumu sekarang” kata daniel yang sudah sampai di depanku. Bahkan ia tidak melihatku saat berbicara.
Untuk sejenak aku terdiam dan berusaha untuk tersenyum, kemudian ku tepuk pasir yang ada disampingku mengisyaratkan bahwa ia harus duduk disampingku. Ia menuruti apa yang aku isyaratkan.
“udah lama ya kita tidak seperti ini?” kataku sambil melihatnya.
“kita putus” katanya. Ia bahkan tidak melihatku saat mengucapkan kalimat itu.
“Setidaknya kau melihatku saat mengucapkan kalimat itu. Aku tidak akan marah, aku tidak tahu apa alasanmu mau meninggalkan ku, dan aku tidak ingin tahu alasannya. Tapi ingatkah kamu dengan janji yang pernah kau ucapkan padaku, bahwa kau tidak akan pernah bosan untuk mencintaiku” kataku yang berusaha untuk kuat. Berharap sekarang ini aku tidak terlihat seperti orang yang cengeng.
“Aku sudah tidak mencintaimu lagi. Bahkan aku sudah bosan denganmu dan aku rasa juga aku sudah melanggar janjiku, dan aku mohon padamu lepaskan aku”
Aku terdiam untuk beberapa saat, kemudian aku coba untuk menarik nafas sedalam-dalamnya berharap aku sanggup untuk menerima kenyataan ini.
“Baiklah. Aku akan melepasmu, tapi izinkanlah aku untuk bersamamu tiga hari kedepan, walaupun tiga hari itu kamu tidak pernah menganggap aku sebagai kekasihmu lagi. Setelah itu kamu boleh meninggalkan ku untuk selamanya, bahkan aku tidak akan menemui mu setelah itu.”
Daniel tidak menjawab pertanyaanku, terlihat kebimbangan di wajahnya. Namun aku terus mengusahakan supaya aku bisa bersamanya selama tiga hari kedepan.
“Kamu boleh tidak menuruti permintaanku yang bodoh ini. aku tahu kamu sekarang sudah punya pacar. Tapi aku janji aku tidak akan pernah mengganggu kalian berdua selama tiga hari itu. Yang aku inginkan adalah aku bisa melihat kebahagiaanmu bersama orang lain.”
Daniel tampak kaget dengan apa yang aku utarakan sebelumnya, mungkin dia berfikir, darimana aku bisa tahu bahwa di sudah punya kekasih.
“Namanya alexa, ia orang yang membuat aku jatuh cinta padanya. Dan ia adalah orang yang membuat aku dengan mudahnya untuk melupakanmu”
Daniel mengucapkan itu tanpa ada rasa bersalah sedikitpun,  tanpa ada keraguan sedikitpun.
“Semudah itukah?” Ia tidak menjawab pertanyaanku itu.
“Baiklah aku akan mengabulkan permintaanmu itu, tiga hari. Aku tidak yakin apakah kamu akan sanggup dengan tiga hari  itu.”
Kemudian ia beranjak pergi dari hadapanku, aku hanya bisa memandangi nya pergi sampai ia benar-benar menghilang dari hadapanku. sekarang hatiku benar-benar hancur aku resmi putus dengan orang yang sangat aku cintai, aku harus bisa memanfaatkan waktu tiga hari itu untuk melihatnya bahagia. Aku akan memanfaatkan waktu tiga hari itu untuk melihat senyumnya, melihat tawanya setelah itu aku bisa pergi dengan tenang dan  tidak akan mengganggunya lagi, bahkan aku tidak akan menemuinya.
Aku pandangi sang mentari yang terlihat begitu cerah di pantai yang indah ini, aku lihat ia mampu menerangi seluruh isi dunia ini, ia mampu menghangatkan seluruh semua insan di bumi ini. aku ingin seperti sang mentari yang mampu menghangatkan, tapi apakah aku mampu. Aku rasa tidak. Aku memang sang mentari tapi aku tak pernah mampu menghangatkannya. Aku tak pernah mampu menghangatkan sosok Daniel. Bahkan ia sekarang bersikap dingin terhadapku. Aku tidak mampu mencairkan sikap dinginnya itu. Dan aku tidak akan pernah mampu.
”Tuhan....  izinkanlah aku untuk melihat senyumnya... walaupun itu hanya sebentar.”
***
Katakan kepadaku haruskah jalan ini ku lalui. Tak bisakah waktu kuputar kembali saat kita masih bersama.”
Hari ini aku akan jalan bersama Daniel, lebih tepatnya kami akan jalan bertiga bersama kekasihnya yang baru. Ya, Daniel akan menepati janjinya ia akan mengizinkan ku untuk bersamanya selama tiga hari kedepan. Dan hari ini adalah hari pertama aku bersamanya, ku berharap hari ini aku bisa tersenyum melihat dia, aku berharap hari ini juga aku bisa membawa kenangan yang manis bersamanya. Dan aku selalu berharap akan hal itu.
Mereka telah menungguku di sebuah restoran yang terkenal dikota ku. Restoran ini di lengkapi dengan dekorasi-dekorasi yang sangat menarik dan di dominasi dengan cat warna putih. Di setiap meja di suguhi dengan bunga palsu di tengahnya semakin membuat pemandangan disini terlihat lebih indah. Ku edarkan pandanganku ke segala penjuru restoran, dan aku bisa menemukan Daniel yang sedang asyik bersuapan dengan pacarnya Alexa. Aku tidak tahu apakah aku sanggup bertahan lama didepan mereka, apakah aku sanggup melihat kemesraan mereka berdua, mereka bahkan tidak peduli dengan tatapan aneh orang-orang sekitar.
Aku berjalan menuju meja tempat mereka berada. Disana aku mulai berkenalan dengan pacarnya Daniel yaitu Alexa. Pacarnya Daniel bahkan sangat dewasa, dia jauh lebih sempurna daripadaku. Daniel bahkan terlihat sangat gembira pada saat itu, dan aku hanya bisa tersenyum melihat kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya. Dan pada saat itu juga aku berdo’a pada tuhan supaya ia selalu bahagia, supaya tuhan tidak mengambil kebahagiaan nya itu. setelah perkenalan aku dan Alexa, aku bahkan tak diacuhkan lagi.
Mereka sedang asyik suap-suapan, bercanda bersama, dan tak menghiraukan keberadaanku. Aku bahkan hanya bisa melihat kemesraan mereka berdua. Dan pada saat itu juga mataku mulai berair, aku rapuh sekarang. Aku ingin marah, tapi aku tak tahu kepada siapa aku harus melampiaskan kemarahanku. aku beranjak pergi menuju toilet, disana aku menangis sejadi-jadinya, aku tidak sanggup lagi menahannya.
Entah berapa lama aku sudah berada di dalam toilet, aku sudah sangat lelah dengan hari ini, aku bahkan ingin mengutuk diriku sendiri, kenapa aku tak mampu membenci Daniel bahkan ia sudah menyakitiku. Aku bahkan sangat bodoh, aku rela melihat kemesraanya bersama orang lain demi mengobati rasa rinduku bersamanya. Daniel apakah dengan cara seperti ini aku harus mengobati rasa rinduku terhadapmu. Apakah dengan melihatmu bersama orang lain adalah cara terbaik untuk mengobati rasa rinduku padamu. Daniel, bahkan aku selalu berharap rasa cintaku terhadapmu segera hilang, supaya aku tidak tersakiti lagi olehmu, tapi kenapa itu sangat sulit bagiku. Kamu bahkan tak menggapku ada.
Aku pulang dengan perasaan yang sangat sedih aku bahkan tidak menghiraukan air mata yang telah menetes dipipiku, aku tidak meminta izin pada Daniel, karena menurutku itu percuma dia tidak akan pernah mau mengacuhkanku. Aku berjalan sendirian menerjang hujan, aku tak peduli dengan keadaan sekitar. Bahkan dingin yang merasuk kedalam tubuhku tidak terasa sama sekali. Aku tidak peduli kalau nanti aku akan sakit, aku tidak peduli kalau nanti aku akan demam. Karena penyakit itu tidak sebanding dengan sakit yang kurasa sekarang ini. Aku tidak peduli hal itu.
“Tuhan....... aku ingin berada di pangkuanmu sekarang, karena aku terlalu lelah dengan  hari ini.”
***
“Tuhan... kembalikanlah dia padaku karena aku tak sanggup berada jauh darinya”
Hari kedua bersama Daniel, kali ini kami akan pergi kepantai, yang sering kami kunjungi bersama pada saat aku masih bersamanya. Pantai ini tak pernah kehilangan keindahannya, ia selalu terlihat indah, selalu terlihat mempesona. Tapi pantai ini tidak mampu membuat hatiku yang hancur menjadi lebih baik, pantai ini tidak mampu mengobati rasa sakit yang kurasa. Alam seakan menertawaiku pada saat ini, alam bahkan tidak mengerti dengan apa yang kurasakan pada saat sekarang ini, alam bahkan hanya bisa tersenyum melihat kesedihanku. Sungguh sangat menyedihkan sekali.
Aku sedang mengekor di belakang Daniel dan Alexa. Katakanlah aku seperti seorang pelayan yang sedang mengikuti majikannya, seperti itulah aku sekarang. Daniel sedang merangkul Alexa, aku hanya bisa melihatnya merangkul Alexa dari belakang. Bahkan Daniel secara sengaja mencium Alexa di depan mataku, dia tidak peduli dengan perasaanku, aku tak pernah di anggap ada dimata Daniel. Aku berusaha kuat dengan semua ini, aku bahkan sekarang tidak menangis lagi,  pemandangan seperti itu sudah biasa aku lihat. Aku hanya memalingkan wajahku pada saat mereka berciuman, aku selalu memalingkan wajahku pada saat mereka berpelukan. Aku  hanya bisa tegar dengan semua ini, aku hanya bisa pasrah dengan semua ini. bahkan aku ingin berterima kasih pada tuhan karena sekarang ini aku masih diizinkan untuk melihat senyuman Daniel.
Sekarang kami tengah duduk diatas pasir sambil menunggu sunset tiba, Daniel sedang merangkul Alexa. Alexa sedang bersandar di dada Daniel, romantis sekali. Aku  duduk disamping mereka berdua. Aku hanya bisa melihat apa yang dilakukan Daniel terhadap Alexa, persis sama seperti yang dilakukan Daniel terhadapku dulu pada saat kami masih bersama. Aku dapat melihat senyum yang terpancar dari bibir Daniel, sebahagia itukah dia sekarang bersama Alexa, bahkan daniel tidak melihat kearahku sedikitpun. Aku tidak marah Daniel memeluk ataupun mencium Alexa, tapi dapatkah ia melihatku sedikit, walaupun hanya beberapa detik saja. Dapatkah ia tersenyum untukku walau hanya dalam beberapa detik saja. Tidakkah ada rasa cinta yang tersisa untukku sekarang, apakah cinta itu seluruhnya sudah diberikannya untuk Alexa.
Sekarang hari sudah mulai terasa gelap, matahari sudah membenamkan wajahnya dibalik awan. Dan tiba-tiba alam seolah menangis. Awan sudah mulai menitikkan air dan membasahi bumi ini. bahkan ia sudah mulai membasahi semua tubuhku begitu juga Daniel dan Alexa kami semua basah. Kami berlari  dan memilih untuk berteduh di sebuah rumah yang terdapat di pinggir pantai, pada saat itu tubuhku terasa sangat dingin sekali, aku bahkan sempat mengginggil karena angin pantai yang bertiup sangat kencang ditambah lagi hujan yang turun begitu sangat deras.
Aku silangkan tanganku pada kedua lengan berharap rasa dingin ini bisa hilang, namun usaha itu hanyalah sia-sia. Aku berharap Daniel meminjamkan jaketnya padaku, karena aku tidak sanggup lagi menahan dinginnya malam ini. Tapi Daniel malah memberikan jaket itu pada Alexa, aku kecewa dengan daniel bahkan tidak ada rasa perhatiannya sedikitpun terhadapku. Daniel,  apakah rasa cintamu terhadapku benar-benar sudah hilang, pada saat ini aku sudah benar-benar hancur. Tak ada lagi yang bisa ku harapkan pada Daniel. Ku rasa aku benar-benar harus bisa melepas Daniel, bahkan kalau bisa aku harus melupakannya. Aku memandang langit diatas sana sangat gelap. Tak terasa pipiku mulai terasa basah, ma’afkan aku untuk kali ini Tuhan, aku menangis lagi.
Tuhan....... hari ini engkau memberikan pelajaran yang berharga terhadapku, pelajaran yang tak pernah aku dapatkan di bangku sekolah. Yaitu belajar untuk ikhlas dan belajar untuk kuat. Terima kasih tuhan.
***
“Jelaskan kepadaku mengapa takdir ini yang terjadi. Saat ku mengerti artinya mencinta”
Hari ini adalah hari terakhir dimana aku akan bersama Daniel, hari terakhir dimana aku akan melihat senyumnya. Aku akan berterima kasih kepadanya karena ia banyak memberikan ku pelajaran tentang artinya mencinta, aku akan berterima kasih padanya karena ia memberikanku tentang arti ketegaran yang sesungguhnya. Aku akan berterimakasih padanya karena ia megajarkanku tentang arti kesetiaan sesungguhnya.
Aku sedang menunggunya di belakang sekolah di bawah pohon yang sangat rindang, aku duduk di sebuah kursi panjang yang terdapat disamping pohon tersebut. Lima menit aku menunggu akhirnya sosok itu datang, aku sengaja meminta ia datang sendiri karena hari ini adalah hari terakhir aku akan bersamanya, aku menyambutnya dengan senyum, namun ia tak membalas senyumku. Sekarang ia tengah duduk disampingku. Aku menatapnya lama, aku bersyukur karena aku masih diberi kesempatan untuk melihat wajahnya. Wajahnya masih sama seperti dulu, namun tidak untuk hatinya, hatinya tidak sama seperti dulu. Hatinya sudah menjadi milik orang lain.
“Terimakasih untuk hari terakhir ini” kataku memulai pembicaraan, namun ia hanya terdiam. Ia tidak melihat kearahku, ia hanya menatap nanar kedepan. Namun aku terus melihatnya saat berbicara.
“Terima kasih untuk senyuman yang kau berikan padaku selama ini, aku tak tahu bagaimana cara membalasnya. Terima kasih juga untuk kebahagiaan yang kau berikan padaku, aku bahkan tak pernah sebahagia ini saat bersamamu, terima kasih untuk tiga hari yang singkat ini, waktu tiga hari ini sangat berharga bagiku, namun sekali lagi aku tak tahu bagaimana cara  membalasnya. Terima kasih juga atas luka yang kau berikan pada ku, dengan luka yang kau berikan ini aku belajar tentang ketegaran, aku belajar untuk kuat, aku belajar arti kesetiaan yang sesungguhnya.” Tidak terasa mataku mengeluarkan air mata setelah mengucapkan kalimat-kalimat itu.
 Daniel, aku dimatamu seperti pelangi, namun aku tak memberi warna dihidupmu. Aku sang mentari tapi aku tak pernah mampu menghangatkanmu, aku sang bulan tapi aku tak pernah mampu menerangi malammu, daniel akulah sang bintang yang hanya ditelan kegelapan malam dan aku adalah kekasih yang tak pernah kau anggap, semoga dengan aku melepasmu kamu bisa lebih bahagia. Terima kasih Daniel. Aku selalu mencintaimu., aku berharap ini merupakan tangisan terakhirku, aku berharap dengan aku melepas Daniel aku tidak akan menangis lagi, tidak akan ada air mata lagi.
Aku beranjak pergi meniggalkan Daniel yang masih mematung dengan kalimat-kalimat yang ku ucapkan tadi, aku sudah bisa ikhlas sekarang, aku sudah bisa merelakan ia untuk bersama orang lain.
Aku bersandar pada dinding toilet dan menangis sejadi-jadinya aku menangis mengingat semua kenangan yang pernah aku jalani bersamanya. Kini kenangan itu akan ku simpan ke dalam memoriku dan takkan pernah kulupakan, kini daniel hanya tinggal sebuah kenangan dimataku. Tuhan.. ini tangisan terakhirku setelah ini aku tidak akan menangis lagi.
***


Aku harap kamu bisa bahagia setelah lepas dariku”
Aku sedang asyik memandang pelangi dari kamarku, pelangi itu sangat indah ia mampu memberi warna dan ia akan selalu terlihat indah dengan warnanya. Aku ingin seperti pelangi itu yang mampu memberi warna dihidup orang lain khususunya pada sosok Daniel. Namun aku hanyalah pelangi yang tak berwarna, aku tak mampu memberi warna di kehidupan Daniel.
 Sudah tiga hari aku putus dengan Daniel, dan ia tak pernah sedikitpun menghubungiku, bahkan aku tidak pernah bisa lagi membaca sms yang biasa ia kirimkan padaku, aku tidak akan pernah bisa mendengar suara indahnya lewat telfon genggamku lagi. Aku bahkan hanya bisa melihat fotonya lewat handphone bila aku kangen. Aku ingin selalu berterima kasih pada Tuhan karena aku masih diberikan kesempatan untuk melihat senyum Daniel, dan aku masih diberi kesempatan untuk bisa melihat fotonya lewat telfon genggamku.
Ku keluarkan handphoneku dari saku celanaku, dan aku dapat melihat wallpaper yang terpampang, dimana foto Daniel dan aku sedang berangkulan, dan terlihat kebahagiaan Daniel disana. Aku selalu  berharap Daniel akan selalu bahagia saat bersama Alexa. Dan aku berharap Alexa tidak akan pernah menghianatinya.
Aku terus memandangi foto itu dan aku merasa sesuatu telah terjadi dimataku, penglihatanku sudah tidak jelas lagi, ku kucek terus mataku berharap penglihatanku bisa terlihat jelas seperti sebelumnya, namun itu hanya sia-sia malah penglihatanku semakin kabur, begitupun dengan kepalaku, kepalaku terasa sangat  sakit sekali. Kepalaku bagaikan ditusuk dengan jarum, sakit sekali, aku sampai tidak sanggup untuk menahannya. Hidungku sudah mengeluarkan darah segar. Aku ingin berteriak minta tolong namun mulutku tidak sanggup untuk mengucapkan sebuah kata sedikitpun. Mataku semakin lama semakin terlihat gelap pendengaranku pun sudah mulai tidak jelas lagi. Hingga aku terjatuh dan tidak sadarkan diri.
***
Daniel sekarang terlihat sangat murung sekali, karena ia baru menyadari bahwa kekasihnya Alexa tega menghianatinya. Ia tidak sengaja melihat Alexa sedang berciuman di sebuah cafe dengan kekasih barunya. Ia berfikir bahwa itu merupakan karma yang diberikan tuhan  untuknya. Kali ini ia ingin meminta ma’af pada Rini atas semua yang dilakukannya. Ia ingin balikan dengan Rini, karena Rinilah satu-satunya orang yang setia terhadap Daniel, karena Rinilah satu-satunya orang yang mampu menyayanginya sampai akhir hayatnya.
Ia sekarang menuju kerumah Rini. Karena ia sudah begitu kangen dengan mantan kekasinya itu. kekasih yang selalu setia bersamanya selama satu tahun itu, walaupun ia terus menyakiti hatinya namun ia masih tetap mencintai Daniel. Cinta Rini memang begitu besar terhadap daniel, ia tak pernah membenci Daniel sedikitpun. Cinta Rini memang sangat kuat terhadap Daniel, walaupun ia harus menahan sakitnya saat melihat kekasihnya bersama orang lain namun ia masih tetap mancintai sosok Daniel itu.
Ia sudah sampai dirumah Rini, rumah Rini begitu besar bahkan rumah nya dikelilingi dengan bunga-bunga yang sangat indah, rumanhnya di dominasi dengan cat warna putih, dan coklat. Terlihat sangat mengagumkan. Diketuknya pintu rumah itu, terlihat wanita yang umurnya kira-kira sudah empat puluh tahun menyembutnya dengan senyum. Ia menyambut Daniel dengan sangat sopan, bahkan wanita itu sudah mengenal sosok Daniel. Karena Rini sudah beberapa kali mengajak kerumahnya. Ia mempersilahkan Daniel untuk duduk,  wanita itu bahkan sangat ramah sekali terhadap Daniel, ya wanita itu tidak lain dan tidak bukan adalah ibunya Rini.
“Rini nya mana tante?” tanya Daniel saat di persilahkan duduk oleh ibunya Rini, dan ia tidak mendapati sosok Rini dari tadi.
Terlihat raut wajah sedih pada wanita itu, ia sangat berat untuk mengatakannya pada Daniel. Dan ia mulai menangis saat menceritakan hal itu.
“Rini sudah meninggal satu bulan yang lalu” kata wanita tua itu.
Daniel tampak kaget mendengar hal itu, ia seolah belum siap menerima kenyataan itu. ia belum meminta ma’af pada Rini. Ia bahkan belum memberikan kebahagiaan sebelum ia pergi. Daniel bahkan sempat mengeluarkan air mata pada saat mendengar kenyataan itu.
“Dia menderita penyakit kanker otak, bahkan sudah stadium tiga, ia sempat menitipkan ini pada ibu untuk diberikan padamu saat dirumah sakit, katanya itu punya mu dan sangat penting.”
Daniel menerima sebuah buku berwarna hitam yang berebentuk diary. Daniel sempat heran kenapa Rini mengatakan buku itu miliknya, bahkan ia tak pernah meminjamkan bukunya pada Rini, namun apapun itu, dia merasa itu merupakan hal penting untuknya.
Daniel sekarang sedang berada didalam kamarnya dan membaca sebuah diary milik Rini. Dibukanya lembar demi lembar  buku itu. Di halaman pertama terdapat foto dia dan Rini yang sedang berada di sebuah pantai favorite nya. Daniel dan Rini sangat bahagia kala itu. Di bukanya halaman berikutnya disana adalah curahan hati pertamanya untuk daniel.
21 januari 2012
Daniel saat kau membaca tulisan ini, ku harap kamu sedang berbahagia bersama alexa. Aku tidak mau melihat kamu bersedih saat bersamanya. Kalau kamu bersedih aku tidak akan tenang. Daniel taukah kamu bahwa aku di diagnosa mengidap penyakit kanker otak, pada saat itu kamu sedang bahagia-bahagianya bersama alexa, jadi aku enggan menceritakan hal ini padamu. Padahal saat itu aku butuh tempat curhat, aku butuh support darimu, namun aku malah mendengar kata putus darimu. Menyedihkan bukan?  Daniel aku memintamu untuk bersamaku selama tiga hari, itu ku lakukan supaya aku bisa melihat kebahagiaanmu. Dan setelah itu aku mungkin bisa pergi dengan tenang.
22 januari 2012
Daniel saat kau membaca tulisan ini, ku harap kamu sedang dalam keadaan sehat, aku tidak ingin kamu sakit. Daniel taukah kamu bahwa ini hari pertama kita jalan bersama setelah permintaanku itu, namun aku merasa pada saat itu kau tak mengacuhkan ku sama sekali. Daniel pada saat itu aku pertama kali merasakan sakit karena cinta, lebih sakit dari penyakit yang kurasa saat ini. Daniel pada saat itu aku pergi karena aku tidak sanggup melihat kemesraan kalian berdua. Aku berharap kau mengejar ku pada saat itu, namun kau lebih memilih bersamanya daripada mengejarku.
23 januari 2012
Daniel pada saat kau membaca tulisan ini. ku harap kamu sedang tersenyum bersama dengan orang tersayang. Daniel hari ini adalah hari kedua aku bersamamu. Pada hari ini kita berjalan kepantai, tentunya bersama alexa juga. Daniel taukah kamu pada hari itu aku merasa sangat sedih sekali. Pada hari itu hujan turun dan aku kedinginan bahkan aku sempat mengginggil karena angin pantai ditambah dengan hujan yang sangat deras. Aku berharap pada hari itu kau meminjamkan jaketmu padaku tapi kau malah memberikannya pada alexa. Aku menahan rasa sedihku kala itu, ingin aku marah tapi aku tak tahu harus marah sama siapa.
24 januari 2012
Daniel pada saat kau membaca tulisan ini kuharap kamu sedang tertawa bersama orang-orang yang tersayang. Daniel tahu kah kamu bahwa pada hari ini adalah hari terakhir aku akan melihatmu, hari ini aku akan melepasmu untuk selamanya, bahkan aku tak akan mengganggumu lagi. Hari ini aku banyak berterima kasih padamu, terima kasih untuk kebahagiaan yang kau berikan selama ini. Terima kasih atas goresan luka yang kau berikan padaku, itu cukup membuat aku tegar, dan cukup untuk membuat aku kuat. Daniel pada hari ini aku ingin sekali mendengar suaramu untuk terakhir kalinya tapi kamu malah diam dan lebih memilih untuk mendengar aku yang berbicara. Dan akupun pergi karena kamu tak kunjung berbicara.
15 februari 2012
Daniel pada saat kau membaca tulisan ini aku harap kau sedang bersama orang yang kau sayang. Daniel tahukah kamu bahwa pada hari ini aku masuk rumah sakit. Aku tidak suka tempat ini, ingin rasanya aku pergi. Tapi tubuhku tidak cukup kuat.
16 februari 2012
Daniel taukah kamu bahwa kepalaku sekarang botak karena rambutku mudah sekali rontok. Aku kehilangan rambutku dan membuatku terlihat jelek dan aku tidak secantik dulu. Daniel taukah kamu hari ini aku ulang tahun, aku selalu berharap kau akan mengucapkan kata anniversary lewat sms. Tapi beberapa kali aku melihat handphoneku dan tak kunjung jua aku mendapatkan sms darimu. Aku sedih.
17 februari 2012
Daniel ini tulisan terakhirku, kurasa aku tidak sanggup lagi untuk menulis. Tubuhku melemah, jemariku juga tidak sanggup lagi untuk memegang sebuah pena, otakku tak mampu lagi untuk berfikir. Dan sekarang aku hanya bisa tertidur dan menunggu ajal menjemputku. Terima kasih untuk semuanya. Semua yang kau berikan padaku takkan pernah aku lupakan.
Akhirnya daniel tahu maksud Rini ingin memberikan buku ini padanya. Supaya daniel tahu bahwa Rini selalu mencintainya, bahwa Rini tidak pernah benci pada daniel. Daniel tidak menyadari bahwa matanya sudah mengeluarkan air mata. Ya daniel menangis, ia menyesal telah membuat Rini menderita selama ini, ia menyesal karena telah mengingkari janjinya pada Rini, bahwa ia tidak akan pernah bosan bersama Rini bahwa ia akan membuat Rini selalu bahagia. Daniel menangis sejadi-jadinya berharap keajaiban itu ada, dan berharap Rini kembali bersamanya dan ia akan berusaha untuk membahagiakan Rini, namun penyesalan selalu terjadi di akhir. Rini tidak akan pernah kembali lagi, Kini Rini sudah tenang di alam sana. Dan kini Rini hanyalah tinggal sebuah kenangan.
Tuhan.... andai waktu bisa aku beli, maka aku akan membelinya. Aku akan membelinya untuk bisa bersamanya, walaupun hanya untuk lima menit.”
SELESAI....































Tidak ada komentar:

Posting Komentar